MAKALAH EJAAN BAHASA INDONESIA
EJAAN BAHASA INDONESIA
(PELAFALAN, PEMAKAIAN
HURUF, PEMISAHAN SUKU KATA,
PENULISAN HURUF, KATA,
PARTIKEL, DAN ANGKA BILANGAN)
DISUSUN OLEH : KELOMPOK II
ALI
IMRAN D62112006
ANDI
WARDIMAN ANWAR D62112004
ARSYILMIARDI HAERA
D62112005
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun jauh dari
kesempurnaan.
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah
pembelajaran dalam menimbah ilmu utamanya dalam pelajaran bahasa Indonesia
terkhusus pada pelafalan, pemakaian huruf, pemisahan suku kata, penulisan
huruf, kata, partikel, dan angka bilangan.
Pada kesempatan ini kami membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang
berguna untuk perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan dalam proses pembelajaran utamanya dalam penggunaan ejaan bahasa
Indonesia yang benar.
Gowa,
16 september 2012
Tim
penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR
ISI........................................................................iii
BAB l PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang................................................
2.
Tujuan.............................................................
BAB ll PEMBAHASAN
1.
Pengertiaan ejaan
.........................................
2. Pelafalan........................................................
3.
Pemakaian
huruf............................................
4.
Pemisahan Suku
Kata.......................................
5.
Penulisan
Huruf..............................................
6.
Penulisan
Kata................................................
7.
Partikel lah,
kah, tah, pun,dan per ..................
8.
Angka dan Lambang
Bilangan.........................
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan.....................................................
2.
Saran................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suatu Adalah kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan dalam pemilihan kata adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai orang-orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada dalam pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya.Kita pun juga menjumpai orang-orang yang boros sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun tidak memiliki makna yang begitu berarti.Oleh karena itu agar tidak terseret ke dalam dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa
setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat penyalur
gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu,
berarti semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin banyak pula ide atau
gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling memahami antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca.Dalam berkomunikasi, kata-kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa.Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari.Pemilihan kata berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling memahami antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca.Dalam berkomunikasi, kata-kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa.Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari.Pemilihan kata berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian ejaan
- Menggunakan huruf-huruf dalam bahasa indonesia secara tepat
- Memisahkan kata atas suku kata secara cepat
- Menuliskan huruf besar (kapital) dan huruf miring secara cepat
- Menulis kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan gabungan kata secara cepat
- Menulis kata depan, kata ganti, kata sandang, partikel, angka dan bilangan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD)
Ejaan ialah penggambaran bunyi
bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan.
Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspekfonologis yang menyangkut
penggambaran fonem dengan huruf danpenyusunan abjad aspek morfologi yang
menyangkut penggambaransatuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang
menyangkut penandaujaran tanda baca (Badudu,
1984:7).Keraf (1988:51) mengatakan bahwaejaan ialah keseluruhan peraturan
bagaimana menggambarkanlambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi
antaralambang-lambang itu (pemisahannya,penggabungannya) dalam suatubahasa.
Adapun menurut KBBI
(1993:250) ejaan ialah kaidah-kaidah caramenggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuktulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca. Dengan demikian,secara sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah
seperangkat kaidahtulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan
tandabaca.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis.Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. Justru itu untuk memahami EYD sangatlah penting untuk mengetahui pembahasan berikut ini .
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis.Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. Justru itu untuk memahami EYD sangatlah penting untuk mengetahui pembahasan berikut ini .
A. Pelafalan
Salah
satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan
dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang
melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah
ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan
dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang
melambangkan huruf tersebut.
Kaidah
pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain,
terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa
Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf,
misalnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung
pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa
Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup
sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai
dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan
dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut!
-teknik Lafal yang salah:
tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i k]
-tegel Lafal yang salah:
tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]
-energi Lafal yang salah:
enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g i]
Masalah
lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan
huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang
sudah dibakukan dalam ejaan.
Perhatikan pelafalan
berikut!
-TV Lafal yang salah:
[tivi] Lafal yang benar: [t e ve]
-MTQ Lafal yang salah:
[emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]
Hal
yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada
penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa
penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga,
jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan
yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud
ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan
memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang
Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan
yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian
pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-obatan,
bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai
bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis.
Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Perhatikan contoh berikut!
- coca Lafal yang benar:
cola [ko ka ko la]
- HCI Lafal yang benar:
[Ha Se El]
- CO2 Lafal yang benar:
[Se O2]
Kaidah
pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan
bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di
antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata
mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal
yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada
kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan
dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak
berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal
bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.
B. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan
26 huruf didalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf
/z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan
huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam
bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan
jangan diganti dengan huruf lain.
Contoh:
- fakta tidak boleh
diganti dengan pakta
- aktif tidak boleh
diganti dengan aktip
- valuta tidak boleh
diganti dengan paluta
- pasif tidak boleh
diganti dengan pasip
- ziarah tidak boleh
diganti dengan jiarah, siarah
Meskipun
huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita
ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai
untuk nama istilah khusus, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan
huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon,
sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan kata dan akhir kata
diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh:
- Quran tetap ditulis
Quran (nama)
- aquarium harus ditulis
dengan akuarium
- quadrat harus ditulis
dengan kuadrat
- taxi harus ditulis
dengan taksi
- complex harus ditulis
dengan kompleks
Huruf
/k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan
bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang
menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
- ta’zim harus diganti
dengan taksim
- ma’ruf harus diganti
dengan makruf
- da’wah harus diganti
dengan dakwah
- ma’mur harus diganti
dengan makmur
C. Pemisahan Suku Kata
Setiap
suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata
biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir
setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata
berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir
baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulisan harus
mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang
Disempurnakan seperti berikut ini.
1) Apabila di tengah kata
terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal tersebut.
Contoh:
Main ma-in, taat ta-at
1. Apabila di tengan kata
terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan
tersebut. Contoh :
ambil am-bil undang
un-dang
2. Apabila di tengan kata
terdapat konsonan di antara dua vokal pemisahannya dilakukan sebelum konsonan.
Contoh:
bapak ba-pak sulit su-lit
3. Apabila di tengah kata
terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara konsonan
pertama dan konsonan kedua. Contoh:
bangkrut bang-krut
instumen in-stru-men
4. Imbuhan termasuk awalan
yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan
kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
minuman mi-num-an bantulah
ban-tu-lah
5. Pada akhir baris dan
awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal
maupun konsonan. Contoh:
Salah Benar
ikut ju- ikut j-
ga uga
masalah masalah
i-
tu itu
6. Tanda pemisah (tanda
hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh
berjauhan dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.
Contoh:
Salah Benar
pengam- pengam
bilan . bilan.
bela- bela
-
jar jar
D. Penulisan Huruf
a. Penulisan Huruf Kapital
1.
|
Huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
|
||||||||||||||
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
|
|||||||||||||||
2.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
|
||||||||||||||
Misalnya:
Adik bertanya,
"Kapan kita pulang?"
Orang itu
menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin
engkau terlambat," katanya.
"Besok
pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
|
|||||||||||||||
3.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci,
dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|||
4.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang.
|
|
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
|
|||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti
nama orang.
|
||
Misalnya:
Dia baru saja
diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini
dia pergi naik haji.
Ilmunya belum
seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
|
|||
5.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
|
|
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
|
|||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk
lengkapnya.
|
||
Misalnya:
Sidang itu
dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu
dipimpin Presiden.
Kegiatan itu
sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu
sudah direncanakan oleh Departemen.
|
|||
c.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama
instansi, atau nama tempat tertentu.
|
||
Misalnya:
Berapa orang camat
yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu
dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap
departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
|
|||
6.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur unsur nama orang.
|
|
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
|
|||
Catatan:
|
(1)
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama
Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama
Portugal).
|
|
Misalnya:
J.J de
Hollander
J.P. van
Bruggen
H. van der
Giessen
Otto von
Bismarck
Vasco da
Gama
|
||
(2)
|
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital
tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
|
|
Misalnya:
Abdul Rahman bin
Zaini
Ibrahim bin
Adham
Siti Fatimah binti
Salim
Zaitun binti
Zainal
|
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
c.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
|
||||||||||
7.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
|
||||||||
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
|
||||||||||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar
kata turunan.
|
|||||||||
Misalnya:
pengindonesiaan
kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
|
||||||||||
8.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
|
||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
|
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
|
||||||||||||||||
c.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
Soekarno dan
Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan
senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
|
||||||||||||||||
9.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur unsur nama diri geografi.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
c.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya
menggambarkan kekhasan budaya.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
d.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
e.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
|
||||||||||||||||
10.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau,
dan untuk.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
|
||||||||||||||||||||||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
beberapa badan
hukum
kerja sama
antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah
republik
menurut undang-undang
yang berlaku
|
||||||||||||||||||||||
Catatan:
Jika yang
dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia,
huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
|
||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pemberian gaji
bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen
sedang menelaah masalah itu.
Surat itu
telah ditandatangani oleh Direktur.
|
||||||||||||||||||||||
11.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
|
||||||||||||||||||||||
12.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul
buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Saya telah
membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah
majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah
agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia
menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
|
||||||||||||||||||||||
13.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan
nama diri.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
||||||
Catatan:
Gelar akademik
dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara
khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 036/U/1993.
|
||||||
14.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan
dalam penyapaan atau pengacuan.
|
||||
Misalnya:
Adik bertanya,
"Itu apa, Bu?"
Besok Paman
akan datang.
Surat Saudara
sudah saya terima.
"Kapan Bapak
berangkat?" tanya Harto.
"Silakan
duduk, Dik!" kata orang itu.
|
||||||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam
pengacuan atau penyapaan.
|
|||||
Misalnya:
Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak
dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak
mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
|
||||||
15.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
|
|||||
Misalnya:
Sudahkah Anda
tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda
telah kami terima dengan baik.
|
||||||
16.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului
oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan
pernyataan lengkap itu
|
b.Penulisan Huruf Miring
1.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
|
Misalnya:
Saya belum
pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa
dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu
muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
|
|
Catatan:
Judul skripsi,
tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak
ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
|
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
|
Misalnya:
Huruf pertama
kata abad adalah a.
Dia bukan menipu,
melainkan ditipu.
Bab ini tidak
membicarakan pemakaian huruf kapital.
|
Buatlah
kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
|
||
3.
|
a.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
|
Misalnya:
Nama ilmiah
buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua
harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
Politik devide
et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
|
||
b.
|
Ungkapan asing yang telah diserap ke
dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
|
|
Misalnya:
Negara itu
telah mengalami empat kali kudeta.
Korps
diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
|
||
Catatan:
Dalam tulisan
tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
|
E.Penulisan
Kata
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
b. Kata turunan
1. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:bergeletar,dikelola,penatapan,menengok,mempermainkan.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
b. Kata turunan
1. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:bergeletar,dikelola,penatapan,menengok,mempermainkan.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan,garis bawahi,menganak sungai,sebar luaskan
Misalnya:
bertepuk tangan,garis bawahi,menganak sungai,sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran unsur , gabungan kata itu ditulis
serangkai
Misalnya:
menggarisbawahi,menyebarluaskan,dilipatgandakan,penghancurleburan.
4. Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalamkombinasi,gabungankata
itu ditulis serangkai
4. Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalamkombinasi,gabungankata
itu ditulis serangkai
Contoh: antarkota,dasawarsa,adipati,audiogram,ekstrakurikuler,elektroteknik,introspeksi,semipropesional,dan
lain-lain.
c.
Penulisan Kata Ulang
1.
|
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan
tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Awalan dan akhiran ditulis serangkai
dengan bentuk ulang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai
|
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan
bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat
atau kuliah.
|
Misalnya:
Pemerintah
sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
Kami
mengundang orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2
pameran.
Yang
ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan
Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an
|
d. Gabungan Kata
1.
|
Unsur-unsur gabungan kata yang lazim
disebut kata majemuk ditulis terpisah.
|
||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||
2.
|
Gabungan kata yang dapat menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara
unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang
|
bersangkutan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Gabungan kata yang dirasakan sudah padu
benar ditulis serangkai.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
e.
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya;-ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f. Kata Depan di,
ke, dan dari
Kata depan di,
ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam
gabungan kata
yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Bermalam sajalah
di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu
disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan
bekerja di dalam gedung.
Dia
berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke
tengah kancah perjuangan.
Mari kita
berangkat kekantor.
Saya pergi kesana
kemari mencarinya.
Ia datang dari
Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari
mana dia berasal.
Cincin itu
terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang
dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya
sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada
saya.
Dia masuk, lalu keluar
lagi.
Bawa kemari
gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
F. Partikel
1.
|
Partikel lah, kah, dan tah
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Bacalah
buku itu baik-baik!
Apakah
yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah
gerangan dia?
Apatah
gunanya bersedih hati?
|
|
2.
|
Partikel pun ditulis terpisah dari
kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Apa pun
permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang
tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua
kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah
membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
|
|
Catatan:
Partikel pun
pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki laki
maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
|
|
3.
|
Partikel per yang berarti ‘demi’,
‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
|
Misalnya:
Mereka masuk
ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu
Rp50.000,00per helai.
|
|
Pegawai negeri
mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
|
Catatan:
Partikel per
dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan
kata yang mengikutinya.
|
G. Angka
dan Bilangan
Bilangan dapat
dinyatakan dengan angka atau kata.Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor.Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab
|
:
|
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
|
Angka Romawi
|
:
|
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,
L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
|
1.
|
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
|
Misalnya:
Mereka
menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi
perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72
anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang tidak memberikan suara.
Kendaraan yang
dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
|
|
2.
|
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang
tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia
mengundang 250 orang peserta.
|
|
Bukan:
250 orang
peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
|
|
3.
|
Angka yang menunjukkan bilangan utuh
besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
|
Misalnya:
Perusahaan itu
baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan
bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek
pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
|
|
4.
|
Angka digunakan untuk menyatakan (a)
ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d)
jumlah.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||
5.
|
Angka digunakan untuk melambangkan nomor
jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
Jalan Tanah
Abang I No. 15
Jalan Wijaya
No. 14
Apartemen No.
5
Hotel
Mahameru, Kamar 169
|
||||||||||||||||||||
6.
|
Angka digunakan untuk menomori bagian
karangan atau ayat kitab suci.
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
Bab X, Pasal
5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 2: 3
|
||||||||||||||||||||
7.
|
Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan
sebagai berikut.
|
|||||||||||||||||||
a.
|
Bilangan utuh
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
b.
|
Bilangan pecahan
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
Catatan:
|
Misalnya:
|
||||||||||||
8.
|
Penulisan bilangan tingkat dapat
dilakukan dengan cara berikut.
|
|||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||
9.
|
Penulisan bilangan yang mendapat akhiran
an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
|
|||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||
10.
|
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka
dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta
dan kuitansi).
|
|||||||||||
Misalnya:
Di lemari itu
tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami
mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu
dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
|
||||||||||||
11.
|
Jika bilangan dilambangkan dengan angka
dan huruf, penulisannya harus tepat.
|
|||||||||||
Misalnya:
Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti
pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke
atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli
uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
|
||||||||||||
Catatan:
|
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik
kesimpulan/penulis mencoba memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan
fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar.
Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena
tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”. Dan atas bimbingan dan saran-saran Bapak Dosen, saya ucapkan terimakasih.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”. Dan atas bimbingan dan saran-saran Bapak Dosen, saya ucapkan terimakasih.
2. SARAN
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis.
Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD diharapkan para pembaca dapat
memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan suatu karya tulis.Dan
semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2004. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa
Indonesia yang Disempurnan.Jakarta:
Pusat Bahasa.
Mustakim. 1996. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nazar, Noerzisri. 2004. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah.
Bandung: Huma-
niora.
http://afirmanto.blogspot.com/2010/04/ejaan-yang-disempurnakan-eyd.html
3 komentar:
good
mantap
Niceee trimakasih berguna sekali, izin salin dikit ya kak (:
Posting Komentar